Pada umumnya suatu unit bisnis dalam menjalankan kegiatannya harus terlebih dahulu memantau lingkungannya, yaitu baik potensi lingkungan makro yang terdiri atas demografi, ekonomi, social-budaya, politik-hukum, dan teknologi maupun pelaku lingkungan mikro utama yang terdiri atas pelanggan, pesaing, saluran distribusi dan supplier.
Suatu unit bisnis juga harus peka dalam membaca perubahan dan kecenderungan perkembangan pasar, hal ini dimaksudkan agar suatu unit bisnis dapat melihat peluang baru yang terdapat dalam pasar dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan dan mengantisipasi setiap ancaman baru yang terjadi dalam lingkungan usahanya.
Pada dasarnya peluang dapat dikategorikan menjadi dua yaitu menurut daya tariknya, dan kemungkinan keberhasilannya. Kemungkinan keberhasilan perusahaan bergantung pada kekuatan bisnisnya yang tidak hanya harus sesuai dengan persyaratan di sasaran pasar tersebut tetapi juga harus lebih unggul dari para pesaingnya. Perusahaan yang paling berhasil tentunya adalah perusahaan yang dapat menciptakan nilai pelanggan tertinggi dan mempertahankannya dalam jangka panjang. Misalnya dewasa ini semakin banyak pabrikan-pabrikan segar yang mulai tumbuh dan mulai mencari partner dalam melakukan distribusinya, dan keadaan ini menjadi suatu peluang baru bagi para pelaku pengusaha distribusi.
Ancaman lingkungan adalah tantangan akibat kecenderungan yang kurang menguntungkan, yang akan mengurangi penjualan dan laba. Sebagai contoh yaitu regulasi-regulasi baru yang mulai berlaku pada era pasar bebas ini, para pedagang dan produsen lokal kesulitan memerangi produk luar negeri yang mulai membanjiri pasar, dimana produk-produk tersebut memiliki kualitas lebih baik dan harga jauh lebih rendah. Hal tersebut jelas menggambarkan suatu ancaman yang harus dihadapi oleh para pengusaha lokal di Indonesia. Maka ancaman harus selalu diidentifikasi sedini mungkin, dan bila manajemen telah berhasil melakukan identifikasi ancaman dan peluang utama yang dihadapi oleh unit bisnis tertentu, kita dapat menguraikan sifat daya tarik unit bisnis itu secara keseluruhan, dan ada empat uraian yang mungkin terjadi yaitu bisnis yang ideal (bisnis yang memiliki peluang utama yang besar dan ancaman utama yang kecil), bisnis yang spekulatif (bisnis yang memiliki peluang dan ancaman utama yang besar), bisnis yang matang (bisnis yang memiliki peluang dan ancaman utamanya kecil), serta bisnis yang bermasalah (bisnis yang berpeluang kecil dan memiliki ancaman yang besar).
Disamping membaca peluang-peluang yang terdapat dalam pasar, suatu unit bisnis juga harus memiliki keahlian yang dibutuhkan agar dapat berhasil menangkap peluang tersebut, dan evaluasi terhadap kekuatan dan kelemahan suatu unit bisni harus dilakukan secara periodik, yaitu baik dengan mengkaji kemampuan pemasaran, keuangan, produksi, organisasi, dan seluruh factor-faktor yang terdapat dalam unit bisnis tersebut. Sehingga dari setiap faktor dapat ditarik dan dilakukan analisa apakah faktor tersebut merupakan kekuatan utama, kekuatan kecil, faktor netral, kelemahan kecil atau kelemahan utama. Contohnya dalam sebuah bisnis distribusi, suatu produk baru agar dapat dikenal dan menyebar dengan merata di pasaran harus menggunakan tim distribusi yang banyak pula, dan perlakuan distribusi pun tidak sama dengan produk lama yang sudah dikenal di masyarakat dimana salah satu perbedaannya adalah produk baru harus didistribusikan dengan menyampaikan barang secara langsung kepada pengecer maupun grosir dan ini menjadi suatu kelemahan yang sangat terlihat karena memakan biaya dan waktu operasional yang besar.
Implikasi Etika dan Tanggung Jawab Sosial Bisnis
Setelah analisa SWOT dilakukan, suatu unit bisnis dapat mengembangkan perumusan sasaran yang mendeskripsikan tujuan-tujuannya yang lebih spesifik. Sebagian besar unit bisnis memiliki berbagai tujuan yang tercampur dalam segi laba, pertumbuhan penjualan, peningkatan pasar, pembatasan resiko, serta reputasinya.
Tujuan unit bisnis memang harus diurutkan secara hierarkis, dari yang paling penting sampai yang tidak terlalu penting. Dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuannya, suatu unit bisnis terarah dalam menerapkan prilaku yang dapat berefek pada respon anggota bisnis maupun respon pasar terhadap unit bisnis tersebut, dan penerapan prilaku tersebut mengacu pada dasar etika.
Penerapan etika dalam bisnis juga dapat berpengaruh sampai ke tingkat individual, maka sangat penting bagi para pelaku bisnis untuk mengkondisikan perusahaannya sehingga terjaga keseimbangan hubungan antara para anggota, pemegang saham, masyarakat dan para penetap regulasi.